top of page
  • Writer's pictureDoddy Wahyuwono

Biasa Bicara

Updated: Sep 27, 2020

Konon katanya, setiap permulaan baiknya diawali dengan sebuah perkenalan. Jadi, mari berkenalan.


Image by StockSnap from Pixabay


Apa

Biasa Bicara merupakan tempat untuk membicarakan apa saja dari kacamata orang biasa.


Kalau ditanya siapa yang berbicara, jawabannya adalah orang-orang biasa. Lebih tepatnya, kita, manusia. Sehebat apapun seorang individu, ia, tidak kurang dan tidak lebih, adalah manusia biasa, sama halnya dengan kamudan juga aku.


Jika ditanya apa yang dibicarakan, tentu jawabnya adalah hal yang biasa pula; keresahan yang akrab dan menemani pikiran serta perjalanan si biasa itu sendiri.

 

Mula

Biasa Bicara berangkat dari keresahan pribadiku akan sulitnya menemukan ruang diskusi dan peraduan atas permasalahan dan keresahan hidup. Tentunya, yang minim penghakiman.


Singkat cerita, aku seringkali menjumpai situasi di mana orang mengalami kesulitan untuk membuka diri dan berbagi dengan yang di sekitarnya. Terlebih lagi, kesulitan ini biasanya erat kaitannya dengan beragam hal yang dianggap sensitif atau ofensif, sehingga rawan rasanya jika tak dibicarakan dengan individu dan di tempat yang tepat.


Kesulitan ini, bisa jadi, disebabkan oleh kurangnya pengetahuan maupun pengalaman lawan bicara tentang apa yang dibicarakan. Parahnya, terkadang penyebabnya karena "mereka" tergesa-gesa untuk berkomentar walaupun belum siap mendengar.


Sederhananya, aku merasa ada masa ketika manusia lebih butuh didengar, bukan dicecar. Dipahami, bukan dihakimi. Dipelajari, bukan digurui.

Karenanya, aku ingin menghadirkan sebuah ruang di mana si teman bicara, atau si biasa, dapat berbicara dan bercerita dari sudut pandangnya tanpa harus takut dihakimi atas apa yang ia pikir dan pikul.

 

Muara

Setiap yang ada dan bermula pasti punya muara, sama halnya dengan Biasa Bicara. Aku memaknai muara ini secara berbeda-beda, bergantung pada masing-masing peran yang dimainkan.


Bagi si teman bicara, seseorang yang bercerita atau berkeluh kesah, aku berharap mereka setidaknya mendapatkan kelegaan setelah melepaskan beban yang, mungkin, selama ini ditanggung sendirian.


Bagi para pendengar (maupun pembaca), aku ingin meyakinkan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi suatu hal. Mungkin, dengan mendengarkan kisah si teman bicara yang relevan dengan apa yang mereka tengah rasakan, mereka bisa kembali teringat bahwa mereka bukan satu-satunya yang mengalami situasi sulit. Atau, setidaknya, aku ingin mengenalkan mereka pada problematika dan cara pandang baru yang ada di sekitar kita.


Untukku pribadi, aku ingin lebih pandai dalam mendengarkan. Aku ingin lebih bijak dalam menyikapi berbagai isu dan individu yang beragam. Pun aku ingin lebih mengenali diriku dengan cara mempelajari individu lainnya.

23 views

Comments


bottom of page